Kelompok : 2
Nama : Didin
Qurniawan
Kelas : 4EB09
NPM : 20209475
Bab : 8/9
Judul : ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”
Perubahan Harga Umum dan Spesifik
Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan
disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut sebagai
deflasi (deflation).
Perubahan
harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu
yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Tingkat harga
yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di dunia. Meskipun
perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan
keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
Laporan
keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga.
Selama
periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya
jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan
pengukuran ini mendistorsi :
- proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis
- anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
- data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan
Laba
yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
- Kenaikan dalam proporsi pajak
- Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
- Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Dalam
periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli
umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(ekuivalennya) selama periode inflasi. Meskipun laju inflasi melambat,
akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah
dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu
dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur sebahagian
besar aktiva yg relatif panjang.
Kegagalan
untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli
unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata
uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini),
yang kemudian diterapkan terhadap kerugian daya beli yang timbul dari
kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Oleh karena itu,
mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
- Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
- Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
- Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Istilah-istilah
akuntansi inflasi dan memahami pengaruh penyesuaian harga terhadap laporan
keuangan.
- Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
- Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu
- Kekayaan yang dapat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
- Mekanisme Penyesuaian. Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
- Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
- Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
- Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun.
- Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
- Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
- Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
- Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap.
- Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi.
- Penyesuian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya.
- Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
- Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
- Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan.
- Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah.
- Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi.
- Indeks Harga. Suatu rasio biaya di mana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
- Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa.
- Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
- Biaya penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
- Mata uang pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi.
- Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
- Metode translasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
Perbedaan
model akuntansi biaya terkini dan konvensional.
Secara umum,
akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis
yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui perubahan tingkat harga umum atau perubahan tingkat
suku. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli sebagai periode
inflasi, laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada
periode ini umumnya mencetak pendapatan lebih tinggi sedangkan aktiva tetap
dinilai lebih rendah. Sebenarnya, ada beberapa metode akuntansi mengenai
pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai
sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Umum tingkat harga penyajian
akuntansi akan memegang komponen laporan keuangan ke dalam dolar pada tingkat
yang sama daya beli, tetapi tidak mengubah prinsip akuntansi yang digunakan
dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang
menyangkut relevansi penggunaan tingkat harga akuntan publik masih berlanjut
hingga hari ini. Beberapa argumen yang mendukung atau menolak penerapan
akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian pula,
hasil dua studi mengenai dampak penerapan umum tingkat harga akuntansi terhadap
laporan keuangan akan diperbandingkan untuk melihat apakah penyesuaian
akuntansi yang didasarkan pada tingkat harga umum diperlukan.
Perbedaan
akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brazil.
Amerika
Serikat
Pada tahun 1970,
FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial
Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan
Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 miliar, untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya
historis sebagai kerangka dasar untuk leporan keuangan utama. Banyak pengguna
dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan
bahwa (1) pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan, (2) biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar, dan (3) pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan
yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik
awal untuk standar akuntansi inflasi dimasa depan.
Perusahaan
pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk 5 tahun terakhir :
1. Penjualan
bersih dan pendapatan operasi lainnya.
2. Laba dari
operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
3.
Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih.
4. Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah
kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau
penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari
inflasi (perubahan tingkat harga umum).
5. Setiap agregat
penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari
proses konsolidasi.
6. Aktva
bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini.
7. Laba per
saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini.
8. Dividen
per saham biasa.
9. Harga
pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
10. Tingkat
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan.
Di Amerika
Serikat keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me
restate, ke dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi
dalam, semua aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang).
Hasilnya dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja
perusahaan dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89,
paragraf 65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba
tetapi diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini
menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter
berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Inggris
Komite
Standar Akuntans Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan
Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting
Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada
bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam dua hal utama. Pertama,
apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini utnuk pelaporan eksternal. Kedua, apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
catatan penjelasan.
Standar di
Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya historis.
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan
akun-akun pelengkap biaya kini.
3. Menyajkan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi
biaya historis yang memadai.
Di Inggris
keuntungan dan kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja
moneter dan geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan
perubahan tingkat harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika
penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja
(dalam arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam
replacement cost dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih.
Sebaliknya, ketika persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit,
perubahan-perubahan harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada
dasarnya dibiayai oleh pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari
pembeli bebas untuk digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini
sama dan dipandang sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan
untuk menghasilkan laba operasi yang telah disesuaikan.
Brazil
Inflasi
seringkali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin,
Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brazil di masa lalu dengan
hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif. Meskipu
tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari
ini mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan
Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil.
Penyesuaian
inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui
oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva
permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan
depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap
provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari
modal, cadangan pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang
digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian
inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih
terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai
keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan
metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan
di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur
ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan
mata uang fungsionalnya.
Di Brazil
tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena
jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul
dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah
disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli
umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset
permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang
dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen
menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini
diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi.
Pelaporan
keuangan dalam perekonomian hiperinflasi.
ED PSAK 63
Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29
Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan
penyajian kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam
mata uang pelaporan entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan
entitas disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan.
Selain itu, pos-pos terkait di periode sebelumnya disajikan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter
neto diakui dalam laporan laba rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
terdiri dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur
yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur
prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur
yang tidak material.
Pernyataan
ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian,
dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu
ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi.
Dalam ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam
mata uang lokal tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi
kehilangan daya beli sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari
transaksi dan kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi
yang sama, menjadi menyesatkan.
Pernyataan
ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi
hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian kembali
laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik
dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara
tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
- Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;
- Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
- Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;Harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat.
- Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
- Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua
entitas yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi
yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara
yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan
keuangan.
Dolar
konstan atau biaya kini lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi.
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Ke-empat isu itu adalah:
(1) apakah
dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
(2)
perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
(3) akuntasi
inflasi luar negeri,
(4)
menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan
dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong
kontroversial. Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat
ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan
akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk
utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah.
Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal
yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter
dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan
harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat
(atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama
selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas
(dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran
yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada
Pemegang Saham”.
Pendekatan
di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban
kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang
dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva
permanen dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan
keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal
dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi
penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai
oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian
ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya
sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk
bagian ini selama periode inflasi.
SSAP 16
memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan
dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam
nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga
yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari
penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik
untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.
Suatu
perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu
dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter.
Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus
untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang
baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami
lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya
kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter.
Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa
inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan
untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan
dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi
untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
(1) laba
operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang
dikonsumsi)
(2)
keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non
moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan
akuntansinya tidaklah demikian.
Kenaikan
dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang
lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu
direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan,
aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,
yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk
mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki
untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat
dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif.
Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan
atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat
direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.
Definisi
penurunana ganda (double dip) dan cara penanganannya.
Pada saat
me-restate perkiraan-perkiraan luar negeri untuk memperhitungkan inflasi luar
negeri, kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”.
Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada
kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya
mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara
dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan
seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya,
besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena perhitungan-ganda
akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara kurs dengan
perbedan inflasi.
Penyesuaian
inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk
menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba.
Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta,
perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain
yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama
satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak
sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian
translasi yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan
harus diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian
di atas relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS,
yang telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri
berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan
kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan
perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode
translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai
praktik-praktik translasi valuta asing di Denmark, Jerman, Belanda, Swedia,
Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan
ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan
melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca,
sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan
keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa
adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung
sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua
kali.
Referensi
:
Choi,
Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010:
Salemba Empat.
http://www.scribd.com/doc/53922737/Pelaporan-Keuangan-Perubahan-Harga
www.gunadarma.ac.id
www.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar