Senin, 06 Mei 2013

Analisis laporan Keuangan


Kelompok : 2
Nama   : Didin Qurniawan
Kelas   : 4EB09
NPM   : 20209475
Bab      : 8/9
Judul   : ”Analisis Laporan Keuangan PT. Entertainment International Tbk.



ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. ENTERTAINMENT INTERNATIONAL Tbk.

Laporan keuangan merupakan suatu data yang dapat memberikan gambaran dan informasi-informasi mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat atau pada suatu periode tertentu dan dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal lainnya dalam mengidentifikasikan keadaan suatu perusahaan

1.     Likuiditas (Rasio Likuiditas)

Rasio Likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu :
1) Current Ratio
2) Acid Test Ratio
3) Cash Position Ratio

a.     Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi makro ekonomi secara umum.
b.    Quick test ratio (QTR) yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsure persediaan dan pembayaran di muka serta aktiva yang kurang lancar dari perhitungan rasio. Rumusnya adalah (kas + setara kas + piutang ) dibagi kewajiban lancar.
c.     Net Working Capital (NWC) atau modal kerja bersih. Rasio modal kerja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar. Rumusnya adalah (aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi kewajiban lancar.

2.     Rasio Efesiensi
Berdasarkan perhitungan pada analisis rasio aktivitas, Perusahaan hanya mengalami perbaikan pada Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover), sementara pada analisis rasio lainnya mengalami kenaikan dimana berdasarkan evaluasi rasio jika rasio ini mengalami kenaikan pada tahun berikutnya maka kinerja perusahaan tidak membaik bahkan bisa dikatakan buruk dalam hal efisiensi nilai persediaan dan aktiva.

Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu :
1) Total Debt To Equity Ratio
2) Total Debt To Total Assets Ratio
3) Long Term Debt To Equity
4) Long Term Debt To Total Assets

3.     Rasio Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik secara perorangan  maupun berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau menambah nilai perusahaan dengan laba yang maksimai Harapan untuk mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang gampang tetapi memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor intern maupun faktor ekstern.
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu :
1) Return On Equity (ROE)
2) Return On Assets (ROA)
3) Net Profit Margin
4) Gross Profit Margin
Tujuan analisis keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa lalu dan untuk menilai apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat penting dalam melakukan analisis keuangan.

Analisis Rasio
Analisis Laporan Keuangan PT. Entertainment International Tbk. menggunakan Analisis Ratio. Ada tujuh  area penting analisis laporan keuangan :
1.  Rasio Likuiditas
2.  Rasio Solvabilitas
3.  Rasio Profitabilitas
4.  Rasio posisi aktifitas perusahaan
5.  Pemanfaatan asset
6.  Kinerja Operasi
7.  Ukuran Pasar

1.      Rasio Likuiditas

NAMA
2011 (Rp)
2010 (Rp)
Rasio Lancar :
=   541,68 %
= 487,17 %
Rasio Cepat :
= 434,9 %
= 422,1 %
Jumlah Hari Untuk menjual persediaan :  
=  24,2




2.      Rasio Solvabilitas

Rumus
2011 (Rp)
2010 (Rp)

ADR :  
=  197,95 %
=  183,83 %
DER :   
281,02%
=  275,12 %

3.      Rasio Profitabilitas

Rumus
2011 (Rp)
2010 (Rp)
Rentabilitas Ekonomi  :   
= -7,98 %
=  5,87 %
ROI  :    
= -3,21 %
=  2,35 %

4.      Rasio Posisi Aktivitas Perusahaan

Rumus
2011 (Rp)
2010 (Rp)
WTC :
=  3,07
=  2,61
CT    :
=  4,74
=  3,31
ART : 
=  181,03 %
IT     :
=  23,03
=  23,13

5.      Pemanfaatan Aset

Rumus
2011 (Rp)
Perputaran kas                   :
=  40,23
Perputaran Piutang usaha   :
=  9,15
Perputaran Persediaan       :
=  14,80
Perputaran Total Aset          :
=  1,56



6.      Kinerja Operasi

Rumus
2011 (Rp)
2010 (Rp)
Margin Laba Kotor  : 
=  37,63 %
= 37,58 %
Margin Laba Bersih  :    
=  2,72 %
= -3,5 %

7.      Ukuran Pasar

Rumus
2011 (Rp)
2010 (Rp)
Rasio Harga terhadap laba  :

    
=  12,5
= 17,86
Hasil Laba  :   
=   -8 %
=  5,6 %


Kesimpulan hasil perhitungan Rasio :
1.      Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah kemapuan perusahaan untuk mengembalikan seluruh hutang lancarnya yang harus segera dilunasi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Hasil dari perhitungan pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan angka yang sangat tinggi diatas 400% maka perusahaan dikatan likuid. Hal ini berarti aktiva lancarnya 4 kali lipat dari hutang lancarnya atau setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 4 asset lancar. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancarnya dengan menggunakan kas atau setara kas sangat besar, hal ini ditunjukkan pada tingginya hasil perhitungan dari rasio cepat yaitu di atas 400%. Artinya hanya menggunakan kas dan setara kas sudah dapat menjamin setiap Rp 1 utang lancer dengan Rp 4 kas dan setara kas. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk menjual persediaan sangat tinggi. Untuk menjual persediaan sebesar Rp 989.182.885 hanya membutuhkan kurang lebih 24 hari.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat likuiditas perusahaan atau kemapuan perusahaan untuk mengembalikan hutang lancarnya dengan aktiva lancar sangat tinggi yaitu sekitar 400% - 450 %.

2.      Solvabilitas
Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Hasil perhitungan pada Debt to Asset Ratio menunjukkan angka yang sangat tinggi di atas 100% dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 menngkat dari 183,83% menjadi 197,95 %. Angka ini menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan hamper seluruhnya dibiayai dari hutang dan pinjaman, setiap Rp 200 pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang Rp 197,95.
Demikian pula perhitungan pada Debt to Equity Ratio juga menunjukkan angka yang sangat besar. Rasio ini pada tahun 2010 menunjukkan angka 275,12 % artinya kreditur menyediakan Rp 275,12 untuk setiap Rp 300 yang disediakan pemegang saham.  Demikian pula pada tahun 2011 menunjukkan 281,02 % artinya kreditur menyediakan Rp 281,02 untuk setiap Rp 300 yang disediakan pemegang saham.
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa sebagaian besar pembiayaan perusahaan bersumber dari kreditur Artinya kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman semakin kecil karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman.

3.      Profitabilitas
Dari perhitungan ROI menunjukkan tingkat penurunan yang sangat besar yaitu dari 2,35 % pada tahun 2010 menjadi -3,21 % pada tahun 2011 artinya perusahaan tidak mampu dalam memanfaatkan aktiva untuk memperoleh ROI.
Dari perhitungan rentabilitas ekonomi terlihat bahwa pada tahun 2010 kemampuan perusahaan untuk mengasilkan laba dari modal usaha cukup tinggi yaitu sebesar 5,87 % sedangkan menurun pada tahun 2011 hingga -7,98 % artinya perusahaan tidak bisa mempertahankan tingkat pengembalian modal dan tidak mampu memanfaatkan asset yang begitu besar.

4.      Posisi Aktiva Perusahaan
Tingkat pengembalian modal, Kas, dan Persediaan terbilang relative stabil dan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Meskipun demikian tingkat pengembalian tersebut terbilang cukup rendah dan dibawah standar. Artinya tingkat pengembalian tersebut masih sangat rendah jika melihat dari standar normal untuk Capital turnover, Cash Turnover dan Inventory Turnover. Sehingga perusahaan masih harus berusaha untuk meningkatkan tingkat pengembalian tersebut.
Meskipun demikian tingkat pengembalian terhadap piutang menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sekitar 98,55%. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian dari piutang perusahaan mencapai angka 98,55% dari piutang usaha.
                            
5.      Pemanfaatan Asset
Perputaran kas pada perusahaan ini menunjukkan angka yang besar yaitu 40,23 artinya kas tidak terlalu banyak yang menganggur dan pemanfaatannya cukup besar. Meskipun demikian terdapat angka yang sangat kecil terhadap pemanfaatan Piutang usaha, persediaan, dan total asset. Angka yang ditunjukkan terbilang sangat kecil tidak sampai 20 %. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan tingkat profitabilitas perusahaan yang sangat besar.

6.      Kinerja Operasi
Margin laba kotor menunjukkan angka yang cukup besar namun peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu berpengaruh. namun tingkat margin laba kotor perusahaan tersebut yang menunjukkan angka yang cukup besar tidak diikuti dengan peningkatan Margin Laba bersih, akan tetapi terjadi penurunan yang sangat besar yaitu dari 2,72% turun menjadi -3,5%. Artinya perusahaan belum mampu mengendalikan biaya dan memanfaatkan asset sebaik-baiknya.

7.      Ukuran pasar
Rasio harga terhadap laba menunjukkan penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ROI sangat rendah, sehinggah tidak terjadi peningkatan terhadap laba per lembar saham. Hasil laba pun akhirnya ikut menurun sangat jauh. Hal ini tentu saja akan menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi para pemegang saham dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi bahkan ada kecenderungan untuk takut menanamkan modalnya pada perusahaan seperti ini.

www.gunadarma.ac.id