Kelompok : 2
Nama : Didin
Qurniawan
Kelas : 4EB09
NPM : 20209475
Bab : 8/9
Judul : ”Analisis Laporan Keuangan PT.
Entertainment International Tbk.”
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. ENTERTAINMENT INTERNATIONAL Tbk.
Laporan keuangan merupakan suatu
data yang dapat memberikan gambaran dan informasi-informasi mengenai keadaan
keuangan suatu perusahaan pada suatu saat atau pada suatu periode tertentu dan
dapat membantu investor dan para pelaku pasar modal lainnya dalam
mengidentifikasikan keadaan suatu perusahaan
1.
Likuiditas (Rasio Likuiditas)
Rasio Likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini berguna untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu :
1) Current Ratio
2) Acid Test Ratio
3) Cash Position Ratio
a.
Rasio lancar (current ratio) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus
rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Semakin tinggi rasio
lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan
manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar
seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang
atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat pengembalian lebih. Dalam
melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan
perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri, dan kondisi makro
ekonomi secara umum.
b.
Quick test ratio (QTR) yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk
membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam
melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena
penghilangan unsure persediaan dan pembayaran di muka serta aktiva yang kurang
lancar dari perhitungan rasio. Rumusnya adalah (kas + setara kas + piutang )
dibagi kewajiban lancar.
c.
Net Working Capital (NWC) atau modal kerja bersih. Rasio modal kerja bersih
digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar.
Rumusnya adalah (aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi kewajiban lancar.
2.
Rasio Efesiensi
Berdasarkan perhitungan pada analisis rasio aktivitas, Perusahaan hanya
mengalami perbaikan pada Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover),
sementara pada analisis rasio lainnya mengalami kenaikan dimana berdasarkan
evaluasi rasio jika rasio ini mengalami kenaikan pada tahun berikutnya maka
kinerja perusahaan tidak membaik bahkan bisa dikatakan buruk dalam hal
efisiensi nilai persediaan dan aktiva.
Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio
solvabilitas yang digunakan. yaitu :
1) Total Debt To
Equity Ratio
2) Total Debt To Total
Assets Ratio
3) Long Term Debt To
Equity
4) Long Term Debt To
Total Assets
3. Rasio Profitabilitas
Pengertian Rasio Profitabilitas Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan baik
secara perorangan maupun berkelompok bertujuan untuk mensejahterakan
pemilik atau menambah nilai perusahaan dengan laba yang maksimai Harapan untuk
mendapatkan laba perusahaan secara berkelanjutan bukanlah suatu pekerjaan yang
gampang tetapi memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti dengan
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor
intern maupun faktor ekstern.
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat rasio profitabilitas yang
digunakan, yaitu :
1) Return On Equity
(ROE)
2) Return On Assets
(ROA)
3) Net Profit Margin
4) Gross Profit Margin
Tujuan analisis
keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa
lalu dan untuk menilai apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat
penting dalam melakukan analisis keuangan.
Analisis
Rasio
Analisis Laporan Keuangan PT.
Entertainment International Tbk. menggunakan Analisis Ratio. Ada tujuh
area penting analisis laporan keuangan :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas
4. Rasio posisi aktifitas perusahaan
5. Pemanfaatan asset
6. Kinerja Operasi
7. Ukuran Pasar
1.
Rasio Likuiditas
NAMA
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rasio
Lancar :
|
=
541,68 %
|
= 487,17 %
|
Rasio
Cepat :
|
= 434,9 %
|
= 422,1 %
|
Jumlah
Hari Untuk menjual persediaan :
|
= 24,2
|
2.
Rasio Solvabilitas
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
ADR :
|
=
197,95 %
|
=
183,83 %
|
DER :
|
= 281,02%
|
=
275,12 %
|
3.
Rasio Profitabilitas
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rentabilitas
Ekonomi :
|
= -7,98 %
|
=
5,87 %
|
ROI
:
|
= -3,21 %
|
=
2,35 %
|
4.
Rasio Posisi Aktivitas Perusahaan
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
WTC :
|
=
3,07
|
=
2,61
|
CT
:
|
=
4,74
|
=
3,31
|
ART
:
|
=
181,03 %
|
|
IT
:
|
=
23,03
|
=
23,13
|
5.
Pemanfaatan Aset
Rumus
|
2011 (Rp)
|
Perputaran
kas
:
|
=
40,23
|
Perputaran
Piutang usaha :
|
=
9,15
|
Perputaran
Persediaan :
|
=
14,80
|
Perputaran
Total Aset :
|
=
1,56
|
6.
Kinerja Operasi
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Margin
Laba Kotor :
|
=
37,63 %
|
= 37,58 %
|
Margin
Laba Bersih :
|
=
2,72 %
|
= -3,5 %
|
7.
Ukuran Pasar
Rumus
|
2011 (Rp)
|
2010 (Rp)
|
Rasio
Harga terhadap laba :
|
=
12,5
|
= 17,86
|
Hasil
Laba :
|
=
-8 %
|
=
5,6 %
|
Kesimpulan hasil perhitungan Rasio :
1.
Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah
kemapuan perusahaan untuk mengembalikan seluruh hutang lancarnya yang harus
segera dilunasi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Hasil dari perhitungan pada tahun
2010 dan 2011 menunjukkan angka yang sangat tinggi diatas 400% maka perusahaan
dikatan likuid. Hal ini berarti aktiva lancarnya 4 kali lipat dari hutang
lancarnya atau setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 4 asset lancar.
Sementara itu kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancarnya dengan
menggunakan kas atau setara kas sangat besar, hal ini ditunjukkan pada
tingginya hasil perhitungan dari rasio cepat yaitu di atas 400%. Artinya hanya
menggunakan kas dan setara kas sudah dapat menjamin setiap Rp 1 utang lancer
dengan Rp 4 kas dan setara kas. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk
menjual persediaan sangat tinggi. Untuk menjual persediaan sebesar Rp
989.182.885 hanya membutuhkan kurang lebih 24 hari.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tingkat likuiditas perusahaan atau kemapuan perusahaan untuk
mengembalikan hutang lancarnya dengan aktiva lancar sangat tinggi yaitu sekitar
400% - 450 %.
2.
Solvabilitas
Solvabilitas adalah rasio untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya berapa besar
beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Hasil perhitungan pada Debt to Asset
Ratio menunjukkan angka yang sangat tinggi di atas 100% dan dari tahun 2010 ke
tahun 2011 menngkat dari 183,83% menjadi 197,95 %. Angka ini menunjukkan bahwa
pembiayaan perusahaan hamper seluruhnya dibiayai dari hutang dan pinjaman,
setiap Rp 200 pendanaan perusahaan dibiayai oleh hutang Rp 197,95.
Demikian pula perhitungan pada Debt
to Equity Ratio juga menunjukkan angka yang sangat besar. Rasio ini pada tahun
2010 menunjukkan angka 275,12 % artinya kreditur menyediakan Rp 275,12 untuk
setiap Rp 300 yang disediakan pemegang saham. Demikian pula pada tahun
2011 menunjukkan 281,02 % artinya kreditur menyediakan Rp 281,02 untuk setiap
Rp 300 yang disediakan pemegang saham.
Dari perhitungan diatas terlihat
bahwa sebagaian besar pembiayaan perusahaan bersumber dari kreditur Artinya
kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman semakin kecil karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman.
3.
Profitabilitas
Dari perhitungan ROI menunjukkan
tingkat penurunan yang sangat besar yaitu dari 2,35 % pada tahun 2010 menjadi
-3,21 % pada tahun 2011 artinya perusahaan tidak mampu dalam memanfaatkan
aktiva untuk memperoleh ROI.
Dari perhitungan rentabilitas
ekonomi terlihat bahwa pada tahun 2010 kemampuan perusahaan untuk mengasilkan
laba dari modal usaha cukup tinggi yaitu sebesar 5,87 % sedangkan menurun pada
tahun 2011 hingga -7,98 % artinya perusahaan tidak bisa mempertahankan tingkat
pengembalian modal dan tidak mampu memanfaatkan asset yang begitu besar.
4.
Posisi Aktiva Perusahaan
Tingkat pengembalian modal, Kas, dan
Persediaan terbilang relative stabil dan mengalami peningkatan dari tahun 2010
ke tahun 2011. Meskipun demikian tingkat pengembalian tersebut terbilang cukup
rendah dan dibawah standar. Artinya tingkat pengembalian tersebut masih sangat
rendah jika melihat dari standar normal untuk Capital turnover, Cash Turnover
dan Inventory Turnover. Sehingga perusahaan masih harus berusaha untuk
meningkatkan tingkat pengembalian tersebut.
Meskipun demikian tingkat
pengembalian terhadap piutang menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu sekitar
98,55%. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian dari piutang perusahaan
mencapai angka 98,55% dari piutang usaha.
5.
Pemanfaatan Asset
Perputaran kas pada perusahaan ini
menunjukkan angka yang besar yaitu 40,23 artinya kas tidak terlalu banyak yang
menganggur dan pemanfaatannya cukup besar. Meskipun demikian terdapat angka
yang sangat kecil terhadap pemanfaatan Piutang usaha, persediaan, dan total
asset. Angka yang ditunjukkan terbilang sangat kecil tidak sampai 20 %. Hal ini
terbukti dengan adanya penurunan tingkat profitabilitas perusahaan yang sangat
besar.
6.
Kinerja Operasi
Margin laba kotor menunjukkan angka
yang cukup besar namun peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu
berpengaruh. namun tingkat margin laba kotor perusahaan tersebut yang
menunjukkan angka yang cukup besar tidak diikuti dengan peningkatan Margin Laba
bersih, akan tetapi terjadi penurunan yang sangat besar yaitu dari 2,72% turun
menjadi -3,5%. Artinya perusahaan belum mampu mengendalikan biaya dan
memanfaatkan asset sebaik-baiknya.
7.
Ukuran pasar
Rasio harga terhadap laba
menunjukkan penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Hal ini dikarenakan
kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ROI sangat rendah, sehinggah tidak
terjadi peningkatan terhadap laba per lembar saham. Hasil laba pun akhirnya
ikut menurun sangat jauh. Hal ini tentu saja akan menjadi pertimbangan yang
sangat penting bagi para pemegang saham dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi bahkan ada kecenderungan untuk takut menanamkan modalnya pada
perusahaan seperti ini.
www.gunadarma.ac.id