Manajemen risiko adalah suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman. Manajemen risiko keuangan terfokus pada risiko yang dapat
dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Tujuan utama manajemen risiko
keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga
mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Para pelaku pasar cenderung tidak berani mengambil
risiko. Perantara jasa keuangan dan
pencipta pasar memberikan respons dengan menciptakan produk keuangan
yang memungkinkan
seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko
perubahan harga tak terduga kepada orang lain-pihak lawan.
1.
Komponen Utama Risiko Mata Uang
Asing
Untuk meminimalkan eksposur yang
dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga komoditas, tingkat suku
bunga, dan harga sekuritas, industri jasa keuangan banyak menawarkan produk
lindung nilai keuangan, seperti swap, suku bunga, dan juga opsi. Kebanyakan
instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca oleh
sejumlah perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan secara internasional.
Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan instrument ini sering
kali tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar akuntansi dunia melakukan
pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang tepat untuk produk-produk
keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya adalah membahas pelaporan
internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan masalah yang sangat
penting.
Ada beberapa komponen utama dalam risiko mata uang
asing, yaitu:
a.
Accounting risk (risiko
akuntansi): Risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai atas suatu
transaksi tidak tersedia.
b.
Balance sheet hedge (lindung
nilai neraca) : Mengurangi eksposur valuta asing yang dihadapi dengan membedakan
berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu perusahaan.
c.
Counterparty (pihak
lawan) : Individu/lembaga yang terpengaruh dengan suatu transaksi.
d.
Credit risk (risiko
kredit) : Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas kewajibannya.
e.
Derivatif : Perjanjian
kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan nilai yang
berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
f.
Economic exposure (eksposur
ekonomi) : Pengaruh perubahan kurs valuta asing terhadap biaya dan pendapatan
perusahaan di masa depan.
g.
Exposure management (manajemen
eksposur) : Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk meminimalkan pengaruh
buruk perubahan kursterhadap laba.
h.
Foreign currency commitment (komitmen
mata uang asing) : Komitmen penjualan/pembelian perusahaan yang berdenominasi
dalam mata uang asing.
i.
Inflation
differential (perbedaan inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara
atau lebih.
j.
Liquidity risk (risiko
likuiditas) : Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument
keuangan dengan tepat waktu.
k.
Market discontinuities
(diskontinuitas pasar) : Perubahan nilai pasar secara mendadak dan signifikan.
l.
Market risk (risiko
pasar) : Risiko kerugian akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing,
kredit komoditas, dan ekuitas.
m.
Net exposed asset position (risiko
potensial posisi aktiva bersih) : Kelebihan posisi aktiva terhadap posisi
kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif
n.
Net
exposed liability position (risiko potensial posisi kewajiban bersih) :
Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi
negatif).
o.
Net investment (investasi
bersih) : Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang terjadi pada suatu
perusahaan.
p.
National amount (jumlah
nasional) : Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak untuk menentukan
penyelesaian.
q.
Operational hedge (lindung
nilai operasional) : Perlindungan risiko valutaasing yang memfokuskan pada
variabel yang mempengaruhi pendapatandan beban suatu perusahaan dalam mata uang
asing.
r.
Option (opsi) :
Hak (bukan kewajiban) untuk membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar
harga yang ditentukan sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang.
s.
Regulatory risk (risiko
regulator) : Risiko bahwa suatu undang-undang public akan membatasi maksud
penggunaan suatu produk keuangan.
t.
Risk mapping
(pemetaan risiko) : Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar dengan
berbagai variabel laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan dan
menganalisis kemungkinan terjadinya.
u.
Structural
hedges (lindung nilai struktural) : Pemilihan atau relokasi operasi untuk
mengurangi keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan.
v.
Tax risk
(risiko pajak) : Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang diinginkan.
w.
Translation
exposure (eksposur translasi) : Mengukur pengaruh dalam mata uang induk
perusahaan atas perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban, pendapatan,
dan beban dalam mata uang asing.
x.
Transaction
potential risk (risiko potensial transaksi) : Keuntungan ataukerugian valuta
asing yang timbul dari penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang
asing.
y.
Value at
risk (nilai atas risiko) : Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu
perusahaan yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar.
z.
Value driver (pemicu nilai) : Akun-akun neraca
dan laporan laba rugi yangmempengaruhi nilai perusahaan.
2.
Tugas Dalam Mengelola Mata Uang
Asing
Manajemen risiko dapat meningkatkan
nilai perusahaan dengan mengidentifikasi, mengendalikan/mengelola risiko
keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini
arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan
dengan beberapa alasan berikut:
a.
Manajemen
eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran
arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga
meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi
kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin
tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
b.
Manajemen
eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko
bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan
lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi
pada produksi dan pemasaran.
c.
Para pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan
juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya
memiliki toleransi risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham,
sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan
pemegang saham dan pemegang obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana
pensiun yang dikelola pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan
memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus
membeli atau menjual instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang
ditimbulkan oleh risiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada
pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi
risiko yang dihadapi oleh konsumen.
3.
Pendefinisian dan Perhitungan Risiko
Translasi
Perusahaan dengan operasi luar
negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan
para pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas
operasi perusahaan baik domestic dan luar negeri. Laporan keuangan anak
perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang
dengan mata uang induk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan
dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi. Translasi tidak
sama dengan konversi. Konversi adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang yang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter,
seperti hanya sebuah neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan ulang dalam
nilai ekuivalen Dollar AS.
Potensi risiko translasi ini
mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang
domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh
perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam
nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau
pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak
langsung terhadap laba yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
a.
Dikatakan
potensi risiko positif apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban
(yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang
asing menurun) menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai
mata uang asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
b.
Potensi
risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus
ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi.
Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
Selain
potensi risiko translasi pengukuran akuntansi tradisional terhadap potensi
risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko transaksi. Potensi risiko
transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta asing
yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata uang
asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap arus
kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak muncul
dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan kerugian
transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian dan
penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.
4.
Perbedaan Risiko Akutansi dengan
Risiko Ekonomi
Akuntansi manajemen memainkan peran
yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka membantu dalam
mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait
dengan strategi respons risiko alternative, mengukur potensi yang dihadapi
perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung nilai tertentu dan
mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi berbagai jenis risiko market berpotensi dapat disebut sebagai
pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas hubungan berbagai
risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu
nilai mengacu pada kondisi keuangan dan pos-pos kinerja operasi keuangan utama
yang mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs
valuta asing dan suku
bunga, serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata
uang Negara sumber pembelian mengalami penurunan nilai relative terhadap mata
uang Negara domestik, maka perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik
mampu menjual dengan harga yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko
kompetitif mata uang yang dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu
fungsi demikian probabilitas yang terkait dengan serangkaian hasil
keluaranmasing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko
meliputi proses
kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan
alternative strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu
bentuk risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional.
Di dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
a.
antisipasi
pergerakan kurs,
b.
pengukuran
risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan,
c.
perancangan
strategi perlindungan yang memadai,
d.
pembuatan
pengendalian manajemen risiko internal.
Manajer keuangan harus memiliki
informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan kurs dan
dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien dan
efektif.
5.
Strategi Perlindungan Nilai Tukar
dan Perlakuan Akuntansi yang Diperlukan
Setelah mengidentifikasi potensi
risiko, selanjutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan
atau bahkan menghilangkan potensi risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan lindung nilai neraca, operasional, dan kontraktual.
a.
Lindung
Nilai Neraca
Strategi perlindungan dengan
menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban
perusahaan yang terpapar, yang akan dapat mengurangi potensi risiko yang
dihadapi perusahaan. Contoh metode lindung nilai pada suatu anak perusahaan
yang berlokasi di negara yang rentan terhadap devaluasi adalah:
·
Mempertahankan
saldo kas dalam mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk
mendukung operasi berjalan.
·
Mengembalikan
laba yang di atas jumlah yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk
perusahaan.
·
Mempercepat
(memastikan-leading) penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang
local.
·
Menunda
(memperlambat-lagging) pembayaran utang dalam mata uang local.
·
Mempercepat pembayaran
utang dalam mata uang asing.
·
Menginvestasikan
kelebihan utang tunai ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang
local yang tidak terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
·
Berinvestasi
dalam aktiva di luar negeri dengan mata uang yang kuat
b. Lindung Nilai Operasional
Lindung nilai operasional berfokus
pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang
asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan margin keselamatan yang
lebih besar terhadap potensi kerugian mata uang. Lindung nilai structural
mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko yang
dihadapi perusahaan atau mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah dan
komponen manufaktur.
c. Lindung Nilai Kontraktual
Salah satu bentuk lindung nilai
dengan instrumen keuangan, baik instrument derivatif maupun instrument dasar.
Produk instrument ini mencakup kontrak forward, future, opsi, dan gabungan
ketiganya dikembangkan. Untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada
para manajer dalam mengelola potensi risiko valas yang dihadapi.
Perlakuan Akuntansi
Sebelum standar dibuat, standar
akuntansi global untuk produk derivatif tidak lengkap, tidak konsisten dan
dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument keuangan, yang sifatnya
dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos di luar neraca. Kemudian FASB
menerbitkan FAS No.133, yang diklarifikasi melalui FAS 149 pada bulan April
2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi
untuk transaksi derivatif dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi
panduan yang untuk pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap
akuntansi untuk derivative keuangan.
Provisi dasar standar ini adalah:
a.
Instrument-instrumen
derivatif dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivatif
dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang
tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
b.
Keuntungan
atau kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivatif, bukan
termasuk aktiva atau kewajiban, namun diakui sebagai laba jika direncanakan
sebagai lindung nilai.
c.
Lindung
nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi
khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara
tepat harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
d.
Hubungan
lindung nilai harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
e.
Keuntungan/kerugian
dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban
terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya.
Selanjutny direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan
tersebut dijual atau dilikuidasi.
f.
Keuntungan/kerugian
dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti
perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba
komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang
diperkirakan terjadi itu mempengaruhi laba.
Namun,
meskipun aturan penuntun yang dikeluarkan FASB dan IASB telah banyak
mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan derivatif, masih saja terdapat beberapa
masalah. Yang pertama berkaitan dengan nilai wajar. Kompleksitas pelaporan
keuangan juga semakin meningkat jika lindung nilai dianggap sangatlah tidak
efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6.
Masalah Akuntansi dan Pengendalian
Terkait Dengan Manajemen Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
Contoh permasalahan akuntansi dan
pengendalian yang terkait dengan manajemen risiko nilai tukar mata uang asing
dapat dilihat pada kasus berikut:
Perusahaan-perusahaan secara
berkesinambungan menciptakan dan menerapkan strategi-strategi baru untuk
memperbaiki arus kas mereka dalam rangka meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Sejumlah strategi mengharuskan dilakukannya ekspansi dalam pasar local.
Strategi-strategi lain mengharuskan penetrasi ke dalam pasar asing. Pasar luar
negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan
kesempatan timbulnya peningkatan arus kas perusahaan.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam
pasar luar negeri yang telah dicabut atau berkurang, mendorong
perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan internasional.
Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi perusahaan
multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC
sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penentuan
tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang akan
dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut. Setiap
usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba potensial,
tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat keputusan-keputusan
berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan domestik murni. Tetapi
di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang jauh lebih luas, yang
membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Ada beberapa
kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan, kendala
regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari perbedaan
karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan peraturan setiap
negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta, serta
peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak perusahaan.
Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang
berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam
melakukan bisnis internasionalnya, secara umum dapat menggunakan metode-metode
berikut:
·
Perdagangan
internasional
·
Licensing
·
Franchising
·
Usaha
patungan
·
Akuisisi
perusahaan
·
Pembentukan
anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode bisnis internasional
meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya diluar negeri atau lebih
dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment (DFI). Perdagangan internasional
dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai DFI karena keduanya tidak
melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar negeri. Franchising dan
usaha patungan cenderung meminta investasi langsung, tetapi dalam jumlah
relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru merupakan elemen DFI
yang paling besar.
Berbagai peluang serta keuntungan
sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul. Walaupun bisnis
internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap kondisi-kondisi ekonomi
negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga meningkatkan exposure MNC
terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar negeri, dan risiko
politik. Sebagian
besar bisnis internasional meminta pertukaran satu
valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran. Karena nilai tukar
terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga
tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta negara asal yang dibutuhkan
untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya tidak mengubah harga. Selain
itu, ketika perusahaan multinasional memasuki pasar asing untuk menjual produk,
permintaan atas produk tersebut tergantung pada kondisi-kondisi ekonomi dalam
pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
ekonomi luar negeri.Manajemen dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai
tukar mata uang asing dengan lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen
risiko keuangan harus mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut.
Umpan balik dari sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun
pengalaman kelembagaan dalam praktek menajamen risiko.
Penilaian kinerja program manajemen
risiko juga memberikan informasi mengenai kapan strategi yang ada sudah tidak
lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya, pengendalian keuangan yang efektif
adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti
bermanfaat Dalam berbagai sektor. Sektor ini mencakup, tetapi tidak terbatas
pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian dan anak perusahaan luar negeri.
Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan mencakup pengukuran kinerja seluruh
prodram manajemen risiko nilai tukar, mengidentifikasikan lindung nilai yang
digunakan, dan pelaporan hasil lindung nilai. Sistem evaluasi tersebut juga
mencakup dokumentasi atas bagaimana dan sejauh apa bagian trasuri perusahaan
membantu unit usaha lainnya dalam organisasi itu.
Dalam banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing tersentralisasi pada
kantor pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer anak perusahaan
untuk berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika membandingkan
hasil actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus memiliki acuan
yang digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan risiko perusahaan.
Referensi
:
Choi
Federick D.S dan Gary K.Meek.2005.Akuntansi internasional.edisi
keenam.jakarta-salemba empat.
4EB09
International Accounting
http://www.gunadarma.ac.id.